Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

BIJAK MENYIKAPI IJMA’ DAN IKHTILAF

Gambar
            Setiap muslim yang mengaku sebagai penganut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah dituntut untuk bersikap proporsional sehubung dengan pendapat para ulama, baik saat mereka bersepakat maupun saat mereka berbeda pendapat. Setiap mereka bersepakat (baca:berijma’) setiap muslim wajib menerima dan menyelisihinya. Sedangkan saat mereka berbeda pendapat, setiap muslim boleh memilih salah satu dasar ilmu. Inilah kebijaksaan yang diajarkan oleh para salaf. MENYIKAPI IJMA’(konsensus para ulama)             Saifuddin al-Amidi asy-Syafi’i (551-631H) menjelaskan : “Kebanyakan kaum muslimin telah sepakat bahwa ijma’ merupakan hujjah syar’i, wajib bagi setiap muslim beramal dengannya. Kesepakatan ini menyelisihi Syi’ah, Khawarij dan Nazham, salah seorang tokoh Mu’tazilah.” ( Al-ihkam lil-Amidi , Saifuddin al-Amidi asy-Syafi’i, 1/257)             Abu Bakar Muhammad bin Zakariya ar-Razi (251-313H), salah satu ulama madzhab Hanafi berkata : “Para ahli fikih telah bersepakat ata

RUJUKAN UTAMA FIKIH MALIK

Gambar
Kitab     : Al-Mudawwanah Al-Kubra Penulis : Imam Malik bin Annas Kitab ini berjudul al-Mudawwanah al-Kubra bi Riwayati Sahnun. Salah satu kitab fikih yang menjadi rujukan utama dalam madzhab Maliki. Adapun yang menarik dari kitab ini, ia ditulis langsung oleh pendiri madzhab Maliki, yaitu Imam Malik rahimahullah. Nama beliau adalah Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Ashbahi. Beliau lahir dan wafat di kota Madinah al-Munawwarah pada tahun 93-179 H, bertepatan dengan 712-796 M. Beliau dikenal sebagai imam ahli hadits. Selain kitab ini, Imam Malik juga menulis beberapa kitab lainnya, di antaranya yang terkenal adalah kitab al-Muwaththa’ , yang konon merupakan kitab yang paling shahih setelah al-Qur’an pada zamannya. Bahkan, pada saat muncul kitab al-Jami’ ash-Shahih karya Imam Bukhary, Imam Syafi’i pernah memuji kitab al-Muwaththa’ tersebut seray

DAKWAH DENGAN HIKMAH DI ERA PLATINUM

Gambar
بسم الله الرحمن الرحيم Hati manusia akan condong kepada orang yang bersikap lemah lembut kepadanya. Oleh karena itu, diantara kewajiban seorang da’I adalah memilih metode yang lemah lembut atau tidak kasar, agar dakwah yang ia bangun dan emban sampai kepada manusia dan tidak mendapat pertentangan.             Seorang pendakwah memiliki tugas untuk mengajarkan  dan mengajak manusia kepada ketaatan, padahal kebanyakan manusia yang menuruti hawa nafsu tidak menghendakinya, dia juga berkewajiban memperingatkan dari kemaksiatan, namun hawa nafsu tersebut menyukainya. Maka, jika seorang pendakwah tidak dengan hikmah (lemah lembut), maka hal yang wajar jika manusia akan menolak dakwahnya.             Oleh sebab itu, semua pendakwah dibimbing oleh Allah dan Rasul-Nya agar berdakwah dengan hikmah, sehingga apa yang disampaikan kepada orang yang didakwahi sampai kepada mereka. Akan tetapi, tidak selalunya pendakwah harus mendakwahkan Islam dengan lemah lembut. Namun, kadangpula ada b